Kanal

Pro-Kontra

Populer

Kirim Tulisan

Refleksi Milad: Muhammadiyah dan Tradisi Pandawa

Sama seperti jejeran wayang, dalam tradisi filsafat politik, sisi kanan adalah sisi konservatif yang diasosiasikan dengan kelompok politik yang bersemangatkan keagamaan dan kolektivitas. Sisi kiri mewakili kalangan liberal yang lebih dekat dengan individualisme dan sekularisme.

Menurut Saphiro, kelompok kanan berada pada sisi yang benar dalam sejarah, karena kelompok kanan memadukan akal (ilmu pengetahuan) dengan iman yang akan menghasilkan keseimbangan.

Kelompok kiri yang liberal, oleh Saphiro dianggap kehilangan keseimbangan karena terlalu menekankan pada kebebasan individual dan sekularisme sehingga mengabaikan peran agama.

Gerakan Muhammadiyah adalah gerakan amar makruf nahi munkar untuk memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan dan gerakan sosial yang memadukan kekuatan akal dan iman.

Memasuki usia ke-108 tahun, tantangan dakwah Muhammadiyah semakin kompleks di tengah bangsa yang mengglobal dan persoalan-persoalan kemanusiaan yang semakin rumit.

Mungkin agak over-simplification, terlalu menyederhanakan masalah. Tetapi, secara umum tantangan dakwah Muhammadiyah bisa dirumuskan dalam tiga kategori besar, dakwah pendidikan, dakwah sosial, dan dakwah kebangsaan.

Ketiga-tiganya tidak beroperasi dalam keadaan vakum, tetapi sudah sangat terpengaruh oleh perkembangan global.

Jeffrey D. Sachs pemikir Amerika Serikat dalam “The Ages of Globalization: Geography, Technology, and Institutions” menggambarkan keterkaitan seluruh penjuru bumi satu dengan lainnya tak terpisahkan sejak era Paleolithic sampai era Covid 19 sekarang ini.

Tantangan di bidang pendidikan adalah menguatnya wacana global pendidikan liberal yang sekarang dibawa oleh Mas Menteri Nadiem Makarim. Penekanan terhadap Iptek yang terlalu berlebihan akan cenderung meminggirkan Imtak.

Pandangan “technological determination” yang melihat teknologi sebagai satu-satunya sumber kemajuan adalah pandangan kacamata kuda yang tidak seimbang. Determinasi teknologi akan meminggirkan pendidikan humaniora termasuk pendidikan agama, dan berpotensi menyeret kita ke sisi sejarah yang salah.

Manusia akan sempurna jika bisa memadukan kekuatan akal dan iman menjadi satu. Sebaliknya akan menjadi timpang dan tidak sempurna jika hanya mengedepankan akal saja tanpa iman, atau iman saja tanpa akal.

Itulah hakikat pendidikan untuk menyempurnakan hakikat kemanusiaan. Manusia lahir sebagai bayi yang belum sempurna. Untuk mencapai kesempurnaan dibutuhkan pendidikan untuk menyempurnakan akal dan imannya.

Itulah tujuan pendidikan Muhammadiyah, menjadikan manusia sebagai insan kamil yang sempurna iman dan akalnya.

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulisnya. Tak sependapat dengan tulisan ini? Silahkan tulis pendapat kamu di sini

Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulisnya. Redaksi Katarsis.id tidak memiliki tanggungjawab apapun atas hal-hal yang dapat ditimbulkan tulisan tersebut, namun setiap orang bisa membuat aduan ke redaksi@katarsis.id yang akan ditindaklanjuti sebaik mungkin.

Ingin Jadi Penulis, silahkan bergabung di sini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Dhimam Abror
Dhimam Abror
Jurnalis

Artikel Terkait