Kanal

Pro-Kontra

Populer

Kirim Tulisan

Refleksi Milad: Muhammadiyah dan Tradisi Pandawa

Pertanyaannyan besar yang muncul kemudian adalah pertanyaan ala gembala kambing kepada Umar bin Khattab, “Faayna Allah?” Di mana Allah kalau manusia sudah bisa playing god, memainkan peran Tuhan?

Posisi Muhammadiyah jelas dan tegas. Selama sains bisa memberi manfaat terhadap kemanusiaan maka akan dimanfaatkan, tapi jika memberi mudharat maka akan ditinggalkan. Stemsel dan neurosains yang dipakai untuk pengobatan adalah halal, tapi jika dipakai untuk terapi meningkatkan kualitas hidup bisa masuk kategori haram.

Tantangan Muhammadiyah dalam dakwah kebangsaan saat ini berada pada titik yang paling krusial selama satu abad keberadaannya. Indonesia sekarang menjadi “divided nation“, bangsa yang terbelah, yang bisa mengancam eksistensi bangsa.

Selama lima tahun terakhir isu-isu besar yang muncul selalu memecah masyarakat menjadi dua kelompok yang seolah-olah berhadapan diametral. Rekonsiliasi politik pasca pilpres 2019 ternyata hanya rekonsiliasi semu.

Dua perkembangan terbaru, UU Cipta Kerja dan kepulangan Habib Rizieq menjadi contoh betapa pentingnya rekonsiliasi nasional yang tulus dan saling menghormati.

Bangsa Indonesia sudah mempunyai “common denomination” pijakan yang sama untuk melangkah bersama. Pijakan bersama itu adalah Pancasila yang sudah menjadi konsensus bersama para founding fathers, pendiri bangsa.

Tetapi alih-alih menjadikan Pancasila sebagai “common denomination“, rezim sekarang ingin memonopoli tafsir dan interpretasi terhadap Pancasila dengan mendaku sebagai yang paling Pancasila seolah-olah Pancasila barang warisan yang bisa dikantongi sendiri.

Rezim ini mengidap “historical myopia“, rabun sejarah, tak punya pandangan jauh ke depan dan tidak punya kaca spion untuk menoleh ke belakang. Monopoli terhadap tafsir Pancasila adalah kesalahan sejarah yang dilakukan oleh Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto yang berakibat sama-sama fatal. Ternyata bukan hanya keledai yang terperosok lubang yang sama berkali-kali.

Muhammadiyah berperan strategis untuk menjadi perekat bangsa yang terpecah ini. Pancasila dengan spirit Ketuhanan Yang Maha Esa adalah ruh perjuangan bangsa Indonesia. Biarkan dia utuh seperti adanya tidak perlu diperas jadi Trisila apalagi Ekasila dengan mengaburkan peran Ketuhanan Yang Maha Esa.

Indonesia akan gagal menghadapi tantangan global yang dahsyat ini kalau tidak bisa menyelesaikan masalah yang paling fundamental ini.

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulisnya. Tak sependapat dengan tulisan ini? Silahkan tulis pendapat kamu di sini

Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulisnya. Redaksi Katarsis.id tidak memiliki tanggungjawab apapun atas hal-hal yang dapat ditimbulkan tulisan tersebut, namun setiap orang bisa membuat aduan ke redaksi@katarsis.id yang akan ditindaklanjuti sebaik mungkin.

Ingin Jadi Penulis, silahkan bergabung di sini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Dhimam Abror
Dhimam Abror
Jurnalis

Artikel Terkait