Situs opini pendukung diehard Jokowi, Seword. com, menampilkan artikel dengan judul “Jokowi Doa Sekali, Hujan Langsung Turun, Kampret Doa Berjilid-jilid Jokowi Tidak Turun-turun”. Artikel ini terkait dengan kebakaran hutan dimana doa Jokowi ini telah menolong rakyat bukan pemilihnya (kampret) dari asap kebakaran, yang dalam ulasan artikel itu disebut azab Tuhan.
Pada saat bersamaan, soal kebakaran hutan dan asap ini diliput berbagai situs berita nasional. Kompas mengangkat headline kebakaran hutan di Jambi dengan judul “Kesaksian Warga Saat Langit Jambi Merah, Mencekam dan Sesak Napas”, detik mengangkat judul “Kabut Asap di Medan Kian Pekat”, RMOL mengangkat judul “Jurnalis untuk Karhutla”, Liputan6 memberitakan “Warga Balikpapan Meninggal Terkepung Asap Saat Padamkan Kebakaran Hutan”.
Tirto melaporkan “Kualitas Udara Pakanbaru dan Empat Kota Terdampak Asap Kebakaran Butan” dan Tempo menampilkan berita “Kebakaran Hutan, Greenpeace: Pemerintah saja Tidak Taat Hukum”.
Entah di mana letak moralitas dan kemanusian pendukung Jokowi dalam melihat masalah kebakaran hutan ini. Kebakaran hutan bukanlah azab Tuhan.
Ustadz Abdul Somad tidak mau berdoa meminta hujan kepada Allah, sebab menurutnya hukum besi harus ditegakkan kepada pembakar hutan itu. Gubernur Jakarta, misalnya pula, mengirimkan pasukan pemadam api ke Riau bukan meminta orang mengirim doa.
Sementara, Gubernur Sumatra Utara, Edi Ramayadi, juga mengeluarkan pernyataan bahwa yang harus dimatikan bukanlah apinya (saja) tapi yang harus dimatikan adalah orang yang membakar hutan itu. Menurutnya itu dapat personal dan dapat juga menyentuh korporasi.
Dari sisi masyarakat, gerakan anti kebakaran hutan belum maksimal. Iwan Fals, Slank, dan artis-artis hebat pendukung Jokowi mungkin tidak tertarik urusan lingkungan hidup, setidaknya soal asap dan kebakaran hutan ini. Sedangkan pecinta lingkungan hidup seperti Arie Rompas dan Chalid Muhammad mungkin tidak mampu mnggubah sebuah lagu. Akhirnya Youtube dihiasi lagu-lagu asap dan kebakaran hutan dari orang-orang amatiran namun peduli.
Lagu terbaru yang diunggah ke Youtube adalah HAZE dengan mengubah lirik lagu Jamaican Folk Song “Banana Boat”. Baru beberapa hari unduhan itu sudah dilihat lebih 30.000 penonton. Lagu ini merupakan salah satu dari puluhan lagu soal asap yang di upload orang-orang Malaysia dan Singapore.
Meninggalkan urusan kerusakan lingkungan hidup hanya pada aktifis lingkungan, akan membuat perlawanan atas kekurang becusan rezim Jokowi dalam penangan isu ini selama 4 tahun terkahir, menjadi kurang berdaya. Bahkan negara kita menihilkan bantuan internasional atau negara tetangga.
Mahathir Muhammad, misalnya, kecewa dengan Jokowi karena ajakannya untuk melakukan kerjasama soal pemadaman api kebakaran hutan tidak ditanggapi Jokowi. Alhasil, kita harus mendorong gerakan anti kebakaran hutan ke depan adalah gerakan semua rakyat.
Gerakan rakyat itu artinya dapat menekan terus pemerintah untuk membocorkan semua pemilik konsesi lahan hutan dan kebun. Dan tentu saja selain untuk memberi kecaman sosial bagi yang terlibat pembakar hutan, juga dapat dinyatakan sebagai hak rakyat untuk perolehan informasi publik.
Selain itu, gerakan rakyat juga dapat dikembangkan menjadi gerakan memboikot produk-produk kepala sawit, dan produk kayu, khususnya yang terkait pembakar hutan. Baik dalam skala ASEAN, maupun kampanye tingkat dunia.
Mahathir sendiri ketika merasa jalan bersama antara pemerintah gagal, mendorong rakyatnya untuk membangun gerakan civil society lintas negara. Sebab, kebakaran hutan dan dampak asap ini sudah lampu merah alias berbahaya.
Saat ini kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) telah mensegel 9000 Ha lahan milik 52 perusahan atas yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan. Entah kenapa seword.com mengatakan ini azab dari tuhan, bukan kejahatan korporasi.
Kita sebagai sebuah bangsa beradab harus sadar bahwa kita telah menyerang negara tetangga, bertahun-tahun. Jika moralitas kita ada, maka kita harus meminta maaf secara terbuka kepada rakyat Malaysia dan Singapura. Dan kepada rakyat kita sendiri, pemerintah harus meminta maaf dan menghukum pembakaran hutan yang terkait bisnis besar perkebunan, kayu, mining dlsb.
Jadilah bangsa yang bermoral.