Jika mempelajari sejarah Citibank misalnya, Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, BCA, dan semua bank akan merger menjadi satu bank nasional yang asetnya sekitar Rp 8 ribu triliun. Dan sebagainya.
Keempat, tidak muncul masyarakt berbudaya investasi alias investing society. Adanya justru masyarakat berbudaya utang. Jika punya iddle money diutangkan melalui deposito dan tabungan perbankan. Jika butuh uang untuk ekspansi usaha, utang. Akibatnya bunga bank pun selangit.
Dalam investing society, investment company lebih berkembang dari pada bank komersial. Seperti di USA yang aset investment company terbesarnya yaitu BlackRock adalah senilai USD 7,4 triliun alias sekitar Rp 110 ribu triliun. Jauh lebih besar dari aset Citibank misalnya yang hanya sekitar Rp 12 ribu triliun.
Bandingkan dengan investment company terkemuka di negeri ini yaitu Saratoga yang sekitar Rp 24 triliun. Jauh lebih kecil dari aset Bank Mandiri misalnya yang lebih dari Rp 1300 triliun. Investing society adalah darah bagi munculnya korporasi penanda sejarah.
Kelima, tercerabutnya riset dari korporasi sebagai akarnya. Ketika mempelajari Thomas Edison misalnya, anak anak kita tidak pernah tahu bahwa temuan bola lampu listrik itu adalah bagian dari riset General Electric. Posisi Edison adalah founder dan CEO General Electric, perusahaan yang juga memiliki pabrik di Indonesia.
Mestinya, anak anak belajar tentang sejarah General Electric. Belajar tentang bagaimana Thomas Edison mendirikannya. Belajar tentang bagaimana Generals Electric membangun lab dan kapasitas riset beserta sumber pembiayaannya. Anak-anak SMA yang sudah ada mata pelajaran akuntansi mempelajari sejarah General Electric sampai pada bab laporan keuangan perusahaan teknologi terkemuka hingga saat ini.
Saat waktunya wisata, anak anak dibimbing oleh para guru mengunjungi pabrik General Electric di Surabaya sebagai sebuah situs sejarah lintas abad yang masih berproduksi. Jadilah anak anak-akan belajar membangun korporasi besar seperti General Electric.
&&&
Itulah lima akibat buta sejarah korporasi. Sangat merugikan. Membuat kita lemah di ekonomi. Menjadi bangsa konsumen. Menjadi bangsa penonton. Menjadi bangsa pembantu rumah tangga di berbagai negara.
Maka, pelajaran sejarah sangat dibutuhkan. Mutlak. Tetapi tidak boleh hanya membahas sejarah negara. Paling tidak separuhnya harus membahas sejarah korporasi. Agar terlahir banyak korporasi penanda sejarah yang menguasai pasar berbagai negara. Semoga. Aamin. Alllahuakbar! Merdeka!