Alkisah menteri dari Jakarta berkunjung ke Denhaag, Belanda di era orde baru untuk meminta bantuan uang dan berbagai bantuan kerjasama kepada pemerintah Belanda. Dengan mobil mewah khas pejabat Indonesia jika berkunjung ke luar negeri, saat itu, plus jas dan sepatu mewah, berusaha memberikan impresi tingginya pejabat Indonesia yang sedang berkunjung ini.
Di tengah jalan mendekat Binnenhof, tempat perdana menteri dan para menteri Belanda bekerja, menteri Indonesia ini terkaget-kaget melihat Perdana Menteri Belanda dan menteri yang akan dia temui sedang di sisi jalan menuju kantor naik sepeda.
Sebenarnya menteri itu tidak perlu kaget kalau mengetahui moda transportasi sepeda di Belanda hanyalah sebuah opsi atau alternatif orang-orang bepergian ke kantor, belanja, jalan-jalan dengan anak bayinya, berpacaran, dll. Alternatif artinya pilihan itu sama baiknya dengan mengendarai mobil ataupun transportasi umum. Sebagai gambaran saja, jumlah mobil per 1000 penduduk di Belanda adalah 487 (2017), sedang di Indonesia hanya 87 mobil (2015).
Jakarta saat ini tengah membangun 17 jalur sepeda. Keinginan Anies mempercepat jalur sepeda di Jakarta meliputi 17 jalur pada tahun ini. Jalur itu terbentang dari Jl. Pemuda di Jakarta Timur, menuju Jl. Pramuka, lalu Jl. Dipanegoro, Jl. Matraman, Jl. Imam Bonjol, Jl. Thamrin dan Jl. Merdeka Selatan di Jakarta Pusat.
Anies Baswedan beberapa hari lalu mencoba bersepeda melihat rute-rute jalur sepeda yang akan dibangun itu.
Tentu ini sebuah pekerjaan besar bagi Anies. Sebab, persoalan bersepeda bukan hanya persoalan infrastruktur, namun juga soal kultur. Begitupun, ini harus dipecahkan, sebab kecaman dunia bahwa Jakarta tempat terpolusi di dunia harus dipatahkan.
Ya, Jakarta telah ditetapkan sebagai tempat terpolusi di dunia. Orang-orang mencaci Anies Baswedan. Pencaci maki Anies ini tidak mencaci maki Jokowi meski bertanggung jawab atas kematian bayi akibat asap kebakaran hutan atau ular-ular langka berkaki tiga di Riau, atau ular-ular besar dan anak-anak monyet di Kalimantan. Mungkin karena Anies berkuasa atas sebuah kota, di mana orang-orang pintar bermukim, gampang dilihat dan dihina.
Rencana mendorong moda transportasi sepeda Ini adalah sebuah revolusi perkotaan. Yang dapat ditiru kota-kota lain berdataran rendah/tidak berbukit. Jika sepeda bisa menjadi andalan transportasi masyarakat Jakarta sebanyak 5%-10%, maka reduksi polusi udara akan menurun drastis.
Tentu strategi ini komplementer dengan strategi transportasi secara umum, yakni meliputi juga pengembangan trotoar lebar untuk pejalan kaki dan berbagai kemudahan transportasi publik, yang mengurangi pemakai mobil, dan sepeda motor khususnya.
Oh, ya, saat ini jumlah sepeda motor yang digunakan di Jakarta mencapai sekitar 15 juta. Menurut KPBB (Komite Penurunan Bensin Bertimbal), kontribusi motor ini pada polusi udara mencapai kisaran 45%. Dan industri motor serta pejabat kementerian industri selalu berpikir pasar otomotif harus dikejar terus, karena masih jauh dibanding, misalnya, Taiwan.
Di Indonesia perbandingan motor dan orang, 1 motor untuk 4 orang, sedang di Taiwan sudah 1:1. Namun, pikiran ini tidak menghiraukan aspek non marketing, seperti jalan yang over kapasitas serta polusi yang mematikan.
Tantangan Anies
Saya mengetahui beberapa pejabat DKI bersepeda ke kantor, seperti dulu Sandiaga Uno atau kepala Kesbangpol Taufan Bakri. Namun, sebagaimana juga kelompok “Bike To Work”, gerakan pelopor individual atau group seperti itu kurang besar pengaruhnya bagi mendorong diadopsinya moda bersepeda oleh masyarakat luas.
Untuk bersepeda menjadi moda transportasi penting, kehadiran negara sangat penting. Besarnya tantangan yang dihadapi akan dapat diatasi jika pemerintahan DKI all out dalam program ini.