KATARSIS.ID – Hasil sementara perang antara Azerbaijan vs Armenia mengejutkan banyak pihak. Armenia yang secara de facto 26 tahun menguasai wilayah Nagorno Karabakh sejak perang berakhir Tahun 1994, pasca bubarnya Uni Sovyet, harus menghadapi kenyataan yang pahit.
Mesin-mesin tempur yang menjadi keunggulan militer mereka selama ini tak berkutik dibawah ancaman drone tempur Azerbaijan yang menggila. Sebagai negara yang de jure diakui PBB pemilik enclave yang banyak dihuni orang Armenia, rupanya kali ini Azerbaijan ngotot.
Melalui rilis tayangan Youtube Kementerian Pertahanan Azerbaijan dan media-media mainstream, nampak Tank T-72, peluncur-peluncur roket, dan bahkan dua buah sistem pertahanan udara S-300 Armenia berharga 7,1 Trilyun Rupiah hancur dihajar rudal-rudal pintar yang dilesakkan dari medium altitude long endurance drone Bairaktar TB2 buatan Turki.
Di medan tempur perbukitan terbuka, kendaraan-kendaraan lapis baja dan artileri tersebut seperti telanjang di bawah mata elang drone tempur dengan panjang 6,5 meter dan bentang sayap 12 meter yang melayang-layang di ketinggian angkasa Nagorno Karabakh.
Bisa jadi video pertempuran tersebut diambil oleh drone lain yang terbang lebih tinggi, semacam drone Bairaktar Akinci yang lebih mutakhir dengan daya jelajah lebih lama dengan muatan senjata lebih berat yang juga buatan Perusahaan Baykar.
Setidaknya dari tayangan Youtube yang terang-benderang itu terekam Bairaktar TB2 melesakkan roket pintar menghancurkan kendaraan-kendaraan tempur Armenia. Para tentara Armenia nampak seperti musuh di dalam permainan video game yang hancur berkeping-keping mengikuti alat tempur yang juga menjadi “bubur”.
Parit-parit perlindungan yang digali tidak berarti apa-apa, karena jelas terlihat dari angkasa dimana drone tempur beroperasi. Bairaktar TB2 yang dilengkapi kamera infra merah dan penjejak panas itu dengan mudah siang atau malam mendeteksi lokasi kendaraan tempur yang disembunyikan di galian tanah.
Kalaupun terlindungi oleh penyamaran berupa dedaunan ataupun kamuflase buatan, sangat mudah diketahui posisinya dari percakapan elektronik yang terjadi antar pasukan dan jejak roda atau rantai baja yang tercetak di tanah kering di belakang lokasi persembunyian.
Hasilnya adalah kehancuran ratusan mesin-mesin perang dan artileri, beserta ribuan tentara Armenia.