Lalu, sepeti apa jalan atau alur fikirnya sehingga tipu daya pemimpin tidak hanya menimpa pemimpin itu saja, tetapi juga rakyat yang dipimpinnya?
Rakyat yang sudah terlanjur tidak percaya kepada pemimpin karena sering dibohongi, misalnya, tidak akan mentaati peraturan yang dibuat oleh pemimpinnya. Karena khawatir dibohongi atau ditipu lagi. Peraturan yang dibuat oleh pemimpin atau pemerintah dicurigai sebagai tipuan untuk kepentingan orang atau kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan mereka. Walau, aturan yang dibuat itu sebenarnya sangat diperlukan dan baik untuk mereka mereka sendiri.
Ketika pemimpin membuat imbauan dan peraturan agar rakyatnya tidak keluar rumah karena ada bahaya yang mengancam di luar rumah, sementara bahaya itu benar-benar ada, namun rakyat tidak bisa melihatnya, misalnya, tetap saja dicurigai sebagaI tipu daya si pemimpin, sehingga tidak diacuhkan. Rakyat tetap saja berkeliaraan di luar rumah. Akibatnya, mereka ditimpa musibah secara bersama-sama.
Wabah merajalela dan mengancam keselamatan seluruh penduduk negeri. Korban berjatuhan di mana-mana. Rasa takut dan cemas akhirnya menjadi bagian yang tidak kalah bahayanya dibanding bahaya yang disebut dalam himbauan pemerintah tersebut.
Kalau pada awalnya, bahaya itu berupa fisik, kini menjadi lengkap dengan bahaya psikologis yang akan semakin memperparah ancaman fisik itu sendiri. Bahaya itu, akhirnya, tidak hanya memgancam diri dan pribadi penduduki negeri, tetapi mengancam bangsa dan negara dalam arti yang lebih signifikan.
Inilah yang kini sedang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Virus corona 19 adalah bahaya yang sedang mengancam manusia dan kemanusiaan dengan ancaman yang sangat serius, sehingga harus dihadapi dengan sangat serius pula.