Kanal

Pro-Kontra

Populer

Kirim Tulisan

Profesor Diktator

Pebalap Valentino Rossi mendapat gelar “The Doctor”, tanpa honoris causa atau humoris causa. Ia menjadi juara dunia total sembilan kali sejak membalap di kelas 125 cc, 250 cc, masing-masing sekali juara dunia, dan akhirnya lima kali juara dunia di kelas MotoGP 500 cc sampai 2009.

Rocky Gerung, Mbah Lasiyo, Arsene Wenger adalah para profesor yang mendapatkan gelar dan pengakuan dari masyarakatnya. Mereka menjadi bagian dari masyarakat dan berjuang bersama masyarakat.

Beda dengan banyak profesor tradisional yang hanya ongkang-ongkang di menara gading sambil menjadi pemburu Scopus, Rocky adalah “Profesor Organik” dalam terminologi Gramsci, atau “Rauzan Fikri”, manusia tercerahkan, dalam istilah Ali Shariati.

Para akademisi, dari dosen sampai guru besar, yang kerjanya cuma mengajar di kampus lalu pulang termasuk kategori “dosen kupu-kupu” alias kuliah-pulang, kuliah pulang.


Ada juga dosen yang kesibukannya cuma kuliah dan rapat setiap hari. Dia masuk kategori “dosen kura-kura”, kuliah-rapat, kuliah rapat.

Dosen kunang-kunang lebih unik lagi. Saking sibuknya penelitian, kerjanya setiap hari nangkring di perpustakaan. Ia dijuluki dosen kunang-kunang, kuliah-nangkring, kuliah-nangkring.

Dosen lainnya sibuk berburu KUM, nilai kredit dosen, sampai “kusem” karena kerjanya tiap hari memang kusem, kuliah-seminar.

Dosen komersial adalah “dosen kuda-kuda”, kerjanya kuliah-dagang, kuliah-dagang. Apa saja dia perdagangkan secara komersial. Ia juga suka sogok sana sogok sini untuk mengejar gelar sampai guru besar.

Orang semacam ini ketika jadi guru besar masuk kategori “profesor diktator” jual diktat beli motor.

Mereka-mereka ini dikutuk keras oleh Julien Benda, dan disebut sebagai “la trahison des clrecs“, the treason of the intellectuals, para intelektual pengkhianat.

Tidak ada yang sakral dalam jabatan akademik apapun, bahkan sampai level profesor pun.

Saifullah Yusuf, Gus Ipul, mantan Wagub Jatim, yang humoris (tanpa causa), menyebut almarhum Slamet Effendy Yusuf (tak ada hubungan saudara) sebagai “Propesor”. Bukan sebutan guru besar, tapi “Protolan Pemuda Anshor”.

Gitu saja kok repot…(*)

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulisnya. Tak sependapat dengan tulisan ini? Silahkan tulis pendapat kamu di sini

Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulisnya. Redaksi Katarsis.id tidak memiliki tanggungjawab apapun atas hal-hal yang dapat ditimbulkan tulisan tersebut, namun setiap orang bisa membuat aduan ke redaksi@katarsis.id yang akan ditindaklanjuti sebaik mungkin.

Ingin Jadi Penulis, silahkan bergabung di sini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Dhimam Abror
Dhimam Abror
Jurnalis

Artikel Terkait