Di bisnis kedai kopi modern misalnya, perusahaan target sudah mampu membuka gerai baru dengan dana lebih besar dari pada laba. Misalkan saja laba pertahun Rp 10 M, perusahaan target sudah mampu berekspansi dengan dana paling tidak 2x laba alias 20 M. Maksudnya mampu adalah gerai yang didirikan harus mendapatkan omzet yang menghasilkan laba cukup dengan tingkat kegagalan kecil (dibawah 10%). Karena belum melakukan korporatisasi, modal untuk ekspansi lebih dari laba biasanya diperoleh dari utang.
Ketiga, calon corporeneur memulai aktivitasnya dengan menjadi karyawan perusahaan target. Pintunya bisa menjadi karyawan profesional atau bisa juga karena hubungan kekeluargaan seperti anak, adik, keponakan atau keluarga pendiri.
Degan menjadi karyawan, si corpopreneur benar-benar belajar secara total. Belajar tentang seluk-beluk bisnis perusahaan. Belajar menghasilkan omzet, menghasilkan laba, menata legalitas perusahaan, meng-handle pajak, memimpin orang, mengelola uang, memasarkan, dan menguasai seluruh keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola dan membesarkan perusahaan.
Proses pembelajarannya pun harus menghasilkan sesuatu yang nyata. menghasilkan uang. Inilah satu-satunya pintu yang akan menjadikan para pendiri perusahaan mempercayainya. Jika misalnya ditugasi memimpin gerai kopi misalnya, buktikan bahwa gerai tersebut berkinerja bagus. Omzetnya bagus. Labanya bagus. Opersionalnya bagus. Laporan keuangannya bagus. Tidak ada cacat.
Catatan kinerja bagus akan berbuah kepercayaaan yang lebih besar. Jika semula dipercaya memegang satu gerai misalnya, selanjutnya akan dipercaya memegang dua gerai, tiga gerai, empat gerai dan seterusnya. Bahkan akan diangkat menjadi direksi. Tentu saja akan diikuti dengan gaji yang lebih tinggi. Inilah yang akan menjadi modal bagi proses tumbuh dan membesarnya perusahaan.
Keempat, corpoprenur harus bekerja keras agar perusahaan memiliki RPD. Kembali dengan contoh sebuah perusahaan kedai kopi modern, RPD-nya adalah jumlah gerai. Artinya, jika ingin tumbuh maka caranya adalah menambah jumlah gerai. Bukan sembarang gerai, tetapi gerai yang menghasailkan omzet dan laba yang memadai.
Jika perusahaan target baru pada level memiliki potensi RPD, si corpopreneur harus bekerja keras membuktikan bahwa potensi tersebut bisa menjadi kenyataan. Artinya, kembali dengan contoh sebuah perusahaan kedai kopi modern di atas, penambahan gerai adalah sebuah keharusan. Corpopreneur harus bekerja keras agar perusahaan tempatnya bekerja terus-menerus menambah gerai yang menghasilkan omzet dan laba memadai.
Kelima, corpopreneur menyiapkan dan memulai proses korporatisasi. Caranya adalah dengan penguatan tripod manajemen perusahaan: marketing, keuangan dan operasional. Marketing yang mampu memastikan perusahaan memperoleh omzet sesuai target. Keuangan yang mampu membuat laporan keuangan sesuai standard akuntansi. Operasional yang mampu melayani customer seperti yang dijanjikan oleh marketing. Tripod yang mampu memastikan bahwa aset, omzet, laba, legalitas dan perpajakan perusahaan sudah clear dan klop. Tripod yang menjamin perusahaan bisa menjalankan tata kelola perusahaan sesuai dengan Undang Undang Perseroan Terbatas.