Prinsipal Mobil Butuh Investment Company, Bukan Bank
Kerugian seperti itu tidak mungkin dilakukan jika uang Tesla diperoleh dari utang. Yang mungkin hanya dari setoran modal para pemegang saham. Para investor jangka panjang. Mereka tidak seperti bank. Mereka tidak minta bunga. Juga tidak minta pengembalian uang pokok. Hanya berharap dividen dan meningkatnya nilai saham (value) kelak pada masa depan
Apakah investor (pemegang saham Tesla) tidak takut rugi? Tidak. Rugi bagi investor sudah diperhitungkan dan sudah dimitigasi. Mereka adalah investment company dengan dana kelolaan yang besar. Pemegang saham terbesar Tesla adalah Baillie Gifford dengan saham sebesar 15,9%. Urutan berikutnya adalah adalah Fidelity, Price T Rowe, Vanguard, dan Morgan Stanley. Total ada 901 perusahaan. Semuanya adalah investment company. Plus jutaan investor invidual.
Investment company hanya mengalokasikan sekitar 0,1-0,3% dari dana kelolaan untuk ditanam di perusahaan start up seperti Tesla. Itupun disebar ke berbagai start up. Yang 99,7-99,9% ditanam di perusahaan-perusahaan yang sudah mapan yang tiap tahun laba dan membagikan dividen.
Billie Gifford misalnya, dana kelolaanya sebesar USD 262 miliar atau sekitar Rp3.677 triliun. Sementara, nilai saham di Tesla kini sekitar Rp77 triliun. Tentu saja nilai saat masuk tidak sebesar itu.
Hubungan antara Tesla dengan banyak investment company ini membentuk pola yang saya sebut sebagai korporatisasi.
Itulah pengalaman Tesla menjadi prinsipal mobil. Nanti mungkin akan ada pertanyaan. Tesla kan mobil listrik? Esemka kan bukan mobil listrik? Jawabnya: mobil listrik atau mobil BBM itu hanya masalah satu komponen inti: motor penggerak. Yang lainnya sama.
Itulah kenapa dalam dokumen resmi perusahaan Tesla tidak memposisikan diri bersaing di pasar mobil listrik. Tesla memposisikan diri bersaing di pasar mobil secara keseluruhan. Pesaing Tesla adalah Ford, General Motor, Honda, Toyota, Hyundai dan perusahaan-perusahaan prinsipal mobil lainnya. Realitas bisnis dan pasar memang menuntut yang seperti ini.
Tesla tampil sejak awal memposisikan diri sebagai perusahaan prinsipal mobil. Konsekuensinya rugi pun ditanggung. Investor hingga saat ini masih percaya walaupun sudah 15 tahun tetap rugi. Inilah kuncinya. Bagaimana memiliki konsep bisnis yang jelas, masuk akal dan prospektif dalam hitungan investor.
Pertanyaannya, tidak adakah cara lain untuk menjadi prinsipal selain seperti cara Tesla? Saya kira saat ini ini adalah satu-satunya alternatif yang mungkin. Berbeda dengan dulu saat Hyundai memulai bisnis yaitu tahun 1967.
Cara Hyundai Menjadi Prinsipal
Hyundai muncul sebelum era internet. Dimulai dengan memproduksi Ford Cortina yang mulai dipasarkan tahun 1968. Sebelum era internet, orang belum bisa mendapatkan informasi dengan mudah bahwa yang dibuat Hyundai sebenarnya adalah lisensi dari Ford. Maka Hyundai masih bisa menjual mobil lisensi tersebut dengan sukses.
Hasil kesuksesan mobil lisensi kemudian digunakan untuk investasi menjadi prinsipal. Tahun 1976 diluncurkan Hyudai Phony. Pasar domestik bisa diraih. Bahkan tahun itu juga Hyundai sudah mengekspor produknya sebagai perusahaan prinsipal mobil ke Ekuador. Hyundai sukses merintis bisnis prinsipal mobil dengan lisensi sebagai awalan.
Di Era Internet, Hanya dengan Menjadi Prinsipal Bisa Berhasil
Bisakah cara Hyundai dilakukan saat ini? Tidak bisa. Saya tidak ragu sama sekali dengan jawaban ini. Mengapa? Karena internet begitu mudahnya. Munculnya meme pembandingan antara mobil Pick Up Esemka dengan mobil Changan adalah the power of internet. Bahkan masyarakat dimanapun bisa tahu bahwa Changan ditawarkan melalui internet. Harga terpampang dengan jelas. Ini merupakan iklan negatif Esemka akibat era internet dan media sosial.
Itulah mengapa Tesla hadir dengan cara baru. Seperti dulu juga dilakukan oleh prinsipal pendahulunya semisal Toyota atau Ford. Hadir dengan hasil desain dan riset sendiri sejak awal. Hadir di pasar dengan keunggulan milik sendiri sejak awal.
Bagaimana dengan Timor, Maleo, Bimantara, Perkasa, Fin Komodo dan terakhir Esemka?
Timor, Bimantara dan Esemka polanya adalah seperti Hyundai. Sebagaimana penjelasan di atas, cara ini tidak bisa dilakukan di era internet dan media sosial. Hanya cocok di era Hyundai.