Drone perang pertama kali diperkenalkan di medan tempur Afghanistan dan Iraq oleh Amerika Serikat. Sejak itu drone tempur efektif membalik keadaan peperangan, setidaknya di Syria dan Libya.
Tripoli yang sudah dikepung dan hampir saja dikusasi oleh tentara Khalifa Haftar, bisa dihancurkan mesin perangnya oleh drone-drone buatan Turki yang dioperasikan oleh pemerintah Libya yang diakui PBB.
Sementara di wilayah pejuang Syria yang berada dalam perlindungan tentara Turki, sistem pertahanan udara Pantsir dan alat-alat tempur pasukan Bashar al Ashad yang mencoba merangsek juga hancur dihajar drone-drone Bairaktar TB2 maupun Akinci yang rancang bangun pembuatannya banyak dilakukan oleh Selçuk Bayraktar, menantu Erdogan lulusan MIT ini.
Kabar terakhir yang menyebutkan sembilan buah Bairaktar TB2 berhasil dijatuhkan oleh pasukan Armenia pasca gencatan senjata yang ditengahi Rusia tidak bisa menghapus fakta bahwa Armenia telah kehilangan banyak sekali alat perang, amunisi dan tentara.
Turki berupaya mandiri membangun drone tempurnya sendiri, pasca embargo oleh Amerika Serikat yang tidak mau menjual drone tempur mereka untuk melawan gerilyawan PKK Kurdi sekutunya, yang dianggap teroris oleh Turki.
Amerika Serikat juga menolak mejual misil pertahanan Patriot dan mengeluarkan Turki dari program bersama pembuatan jet tempur F-35, karena Turki membeli misil pertahanan udara S-400 dari Rusia setelah kudeta yang gagal terhadap Erdogan.
Saat ini Turki menjadi salah satu kekuatan baru produsen drone tempur, setelah mengoperasikan lebih dari 100 drone tempur buatannya. Sejak diproduksi pertama kali Tahun 2014 dan uji penembakan rudal Tahun 2015, Bairaktar TB2 telah diekspor ke Qatar, Ukraina, dan saat ini Azerbaijan.
Bisa dikatakan drone adalah perubah permainan (game changer) di era baru perang modern saat ini. Keunggulan mesin-mesin perang seperti pasukan Panzer Jerman di PD II sudah kehilangan daya pukulnya di hadapan drone tempur.
Paling tidak sampai dikerahkan sistem pertahanan udara yang lebih canggih, senjata elektronik untuk menjatuhkan pesawat tak berawak ini, atau jamming atas operasionalnya, atau men-take down-nya seperti klaim Iran berhasil membajak drone buatan Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu, maka pesawat tak berawak tempur ini efektif dan efisien menentukan hasil akhir perang modern.
Apakah fenomena ini yang menyebabkan Menhan RI baru-baru ini tiga kali mengunjungi Turki. Jawabannya, sangat bisa jadi.