KATARSIS.ID – Sebetulnya mudah menjelaskan mengapa masyarakat umum tidak siap menghadapi bencana pandemi Covid-19. Masyarakat juga tidak akan siap menghadapi bencana ideologi jika mengira komunisme sudah mati. Memang pemerintah yang menguasai hampir semua sumberdaya ternyata tidak waspada (aware), lalu tentu saja pasti tidak akan siap (prepared).
Jangankan menghadapi virus yang tidak kasat mata, menghadapi ancaman bencana alam yg kasat mata seperti gempa bumi dan banjir saja kurang siap. Baru sekitar 10 tahun ini pemerintah membangun perangkat lunak dan organisasi untuk mengelola bencana. Namun ini belum membudaya.
Saat ini pemerintah jelas babak belur menghadapi pandemi covid-19. Sejak isu pandemi muncul di Wuhan sekitar Januari 2020, sikap pemerintah adalah covid-denial, menganggap bahwa virus ini tidak ada, menganggap remeh hingga bulan Maret 2020. Hingga akhir September ini, pandemi covid ini masih belum bisa dikendalikan. Gubernur DKI bahkan memberlakukan kembali PSBB. Walikota Surabaya juga melakukan langkah-langkah pembatasan yang lebih ketat yang kemudian dipakai alasan untuk membubarkan sebuah kegiatan KAMI di Surabaya Senin pagi 28/9 kemarin.
Setelah mulai covid-19 conscious, tenyata sekarang muncul PKI-denial: mengatakan bahwa PKI gaya baru tidak ada; Itu hanya isu yang mengada-ada untuk memecah belah. Muncul pernyataan kekesalan para tokoh penerus PKI dan juga anggota parlemen dari fraksi PDIP atas pengungkit-ungkitan ancaman PKI di setiap bulan September oleh banyak tokoh nasional termasuk Prof. Amien Rais dan Jend. Purn. Gatot Nurmantyo.
Berbagai penolakan atas ancaman yang mengintai masyarakat kita juga memperoleh alasan budayanya ketika pendidikan makin mengalami pendangkalan ruang dan waktu karena banyak yang hidup di dunia maya 2D. Bahkan di dunia maya itu waktu mudah menjadi permainan. Ditambah dengan banjir informasi di dunia medsos, kaum milenials cenderung belajar dangkal (shallow learning), lalu yang paling berbahaya bagi kehidupan berbangsa adalah buta sejarah.
Kita bisa memahami mengapa kaum komunis yang sangat materialis mudah menolak adanya ancaman bahaya. Mengapa ? Karena bahaya itu bagi mereka ini memang belum ada, belum materialized. Jangankan ancaman yang belum datang, Tuhan dan akhirat saja tidak ada bagi kaum komunis. Bahkan bagi kaum komunis, sejarah saja tidak perlu diingat karena begitu diingat maka sejarah pengkhianatannya pada Republik ini memang pernah ada. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali.
Jadi kita paham mengapa saat awal pandemi, respons pemerintah adalah covid-denial, kini diikuti dengan PKI-denial. Ini konsisten dengan cara berpikir kaum komunis. Maka rakyat Indonesia mesti disadarkan agar lebih waspada dan siap menghadapi bencana ideologi.
Rosyid College of Arts,
Gunung Anyar, Surabaya
29/9/2020