Kanal

Pro-Kontra

Populer

Kirim Tulisan

Mengenang Sang Nabi

KATARSIS.ID – Hari ini kelahiran Muhammad bin Abdullah yang kemudian menjadi Rasulullah saw itu kita peringati. Baru setelah membangun reputasi sebagai al Amin, menikahi seorang janda pedagang internasional yang lebih tua dari dirinya pada umur 25 tahun, Muhammad kemudian baru diangkat menjadi Rasulullah saat umurnya 40tahun.

Jika sejarah memberi pelajaran, maka realitas geopolitik saat ini perlu kita cermati untuk memahami makna kelahirannya serta apa yang menjadi tugas sejarah bagi muslim Indonesia.

Saat ini praktis dunia dikuasai oleh tentara Gajah yang wujud dalam Partai Republik AS sebagai -demikian kata Noam Chomsky- organisasi paling berbahaya di planet ini. Pesaing utamanya bukan partai Demokrat, tapi Partai Komunis China.

Seperti di Indonesia, organisasi yang paling berbahaya di dunia bukan ormas atau korporasi, tapi partai politik. Adalah Partai Republik AS di bawah Donald Trump yang sedang mengantar dunia menuju perang nuklir dan keruntuhan lingkungan hidup. Sementara itu Partai Komunis China telah meluncurkan OBOR (One Belt One Road -red) sebagai jalan untuk membangun hegemoni baru yang menantang AS.

Islam sebagai rancangan institusi dan hukum yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah adalah rancangan semesta.

Muhammad bukan seorang Arab asli. Dia adalah seorang keturunan imigran, disebut musta’ribah, yang diarabkan melalui pernikahan keturunan Ismail dengan perempuan Arab asli dari suku Jurhum. Oleh karena itu tuduhan bahwa Islam identik dengan Arab tidak sepenuhnya benar.

Muhammad Rasulullah bersumpah bahwa medan da’wahnya tidak bisa dibatasi oleh jazirah Arabia (Al Balad: 1). Wawasan muslim tidak bisa dibatasi oleh sebuah wilayah tertentu seperti negara-bangsa sebagai konsep yang relatif baru yang unik Eropa, apalagi yang diwariskan oleh para penjajah. Setiap jengkal tanah di bumi adalah medan da’wah dan tempat sujud bagi setiap muslim.

Jika seorang muslim hidup tertindas di sebuah negeri, dia dianjurkan untuk hijrah. Walaupun cinta pada bangsanya adalah bagian dari iman, namun hal ini tidak membuatnya menjadi nazi pemuja berhala negara bangsa. Pada saat batas-batas negara dikaburkan oleh teknologi, bagi muslim, negara bangsa hanya instrumen taktis untuk mewujudkan maqashid syariah.

Nusantara adalah bentang alam kepulauan tropis yang dianugerahi kekayaan luar biasa. Tidak mengherankan jika ini telah menjadi daya tarik besar bagi banyak penjelajah untuk mengunjungi, berdagang kemudian menjajahnya paling tidak selama 700 tahun terakhir sejak Kubilai Khan menyerbu Singasari. Tidak cuma pasukan Gajah, tapi juga pasukan Naga yang berusaha menguasai Nusantara.

Selama 70 tahun terakhir ini, kapitalisme Gajah dan komunisme Naga telah silih berganti menantang dan memlintir Pancasila Garuda. Bagi para ulama lurus pendiri bangsa ini, Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan dan ditafsirkan oleh batang tubuh UUD1945 adalah kesepakatan langit untuk mewujudkan maqashid syariah: membangun Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dengan melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam perspektif itulah, ummat Islam memiliki tugas sejarah meneladani Sang Nabi untuk menghadirkan kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai batu sijjil (al Fiil :4) yang ditimpakan burung Garuda ke pasukan Gajah (al Fiil : 1) dan Naga yang hendak membelokkan kiblat perjuangan ini ke arah yang sesat.

Walaupun sekilas pasukan Gajah dan Naga itu nampak kuat perkasa, batu sijjil Pancasila akan memakannya seperti dedaunan dimakan ulat.

Denpasar, 29/10/2020

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulisnya. Tak sependapat dengan tulisan ini? Silahkan tulis pendapat kamu di sini

Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulisnya. Redaksi Katarsis.id tidak memiliki tanggungjawab apapun atas hal-hal yang dapat ditimbulkan tulisan tersebut, namun setiap orang bisa membuat aduan ke redaksi@katarsis.id yang akan ditindaklanjuti sebaik mungkin.

Ingin Jadi Penulis, silahkan bergabung di sini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Prof. Daniel M. Rosyid
Prof. Daniel M. Rosyid
Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Artikel Terkait