Narasi keliru yang mencurigai khilafah ini dipijakkan oleh beberapa hal. Pertama khilafah adalah sebuah tata pemerintahan global yang tidak cocok jika dipahami dalam kerangka berpikir negara-bangsa. Sayang sekali justru kelompok yang rajin mengusung gagasan khilafah justru memaksakannya ke dalam kerangka negara-bangsa. Akibatnya gagasan khilafah ini langsung ditolak oleh para nasionalis radikal baik muslim ataupun bukan.
Kedua, bahwa ada asumsi bahwa sebuah negara-bangsa yang merdeka tidak dipengaruhi oleh dinamika global. Banyak tokoh Islam yg gagal memahami bahwa dinamika negara-bangsa RI tidak bisa steril dari dinamika global.
Interaksi fisik maupun non-fisik antar negara-bangsa bahkan tak terelakkan sehingga dunia memerlukan sebuah tata pemerintahan global untuk menjamin ketertiban dunia. Ini pun sudah disadari oleh para pendiri NRI sehingga salah satu tujuan NRI adalah ikut membangun ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Khilafah sebagai tata pemerintahan global adalah kebutuhan yg tak terelakkan.
Satu aktor penting dalam dinamika global adalah Multi National Corporation (MNC) seperti Exxon, British Petroleum, Freeport, Boeing, Siemens, Toyota, Google dan Microsoft. Bahkan khilafah facebookiyah adalah sebuah pemerintahan tersendiri dengan warga lebih dari 2 Milyar.
Bahkan Noam Chomsky mengatakan bahwa MNC ini adalah pemegang kekuasaan dunia yang sebenarnya, bukan negara, bahkan AS sekalipun. Internet telah merusak batas-batas negara-bangsa sehingga dunia kini semakin borderless. Pemilik aktif akun Facebook adalah warga negara Facebook.
Tidak penting lagi apakah ada jejak khilafah di Nusantara. Film dokumenter “Jejak Khilafah Di Nusantara” jelas memaksakan sesuatu, seperti semua film lain manapun sebagai produk kreatif. Tapi mengatakan bahwa tidak ada pengaruh khilafah di Nusantara juga pernyataan yang gegabah.
Akhirnya, perlu disadari bahwa banyak hal yang penting di dunia ini adalah imajinasi, bukan fakta. Benar bahwa khilafah adalah imajinasi karena negara, juga NRI adalah imajinasi para pendiri bangsa ini dan imajinasi para penerusnya yang setia. Yang penting jangan menjadikannya sebagai hantu di rumah sendiri saat kita update status di akun FB.
Rosyid College of Arts,
Gunung Anyar, 15/9/2020