WARGASERUJI – Dalam sebuah hadis yang sangat Populer, Rosulullah Muhammad SAW mengatakan “Kullukum ra-in, wa kullu ra-in mas-ulun ‘an ra iyyatih” yang artinya “Setiap kamu adalah Pemimpin dan setiap Pemimpin akan dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya di kumudian hari”.
Yang menarik di sini adalah digunakannya kata Ra-in yang arti harfiahnya pengembala untuk mewakili kata pemimpin. Rosul tidak menggunakan kata Said atau Ra-is yang arti secara harfiahnya lebih dekat pada kata pemimpin.
Kenapa Ra-in?
Mari kita perhatikan Pengembala, kebiasaan dan apa yang mereka lakukan.
Pagi hari sekali seorang pengembala sudah bangun dan ingatannya langsung tertuju pada gembalaannya. Ia langsung befikir dimana akan mencari padang rumput untuk gembalanya hari ini. Padang rumput dengan rumput yang hijau dan banyak agar ternaknya dapat makan dengan kenyang dan sehat.
Disaat pengembala mengembalakan gembalaannya, perhatiannya tertuju penuh pada gembalaannya, mengawasi agar gembalaanya tidak diterkam serigala atau binatang pemangsa lainnya, dicuri orang atau lari ke daerah lain. Sang Pengembala akan menjaga agar gembalaanya tidak lari ke ladang orang lain, tidak “mencuri” makanan yang ada di ladang orang lain. Pengembala harus memastikan bahwa pada saat mengembala gembalaannya semua harus sesuai jumlahnya, waktu berangkat dan waktu sore hari pulang.
Semua dilakukan Pengembala karena ini adalah komitmen dan tanggung-jawab seorang pengembala disaat dia mengambil tugas sebagai gembala dari gembalaannya.
Dan itu lah semestinya yang harus dilakukan seorang pemimpin. Disaat Pemimpin diberi amanah untuk memimpin “gembalaannya” maka dia harus berkomitmen dan bertanggung jawab atas gembalaannya.
Begitu seorang ditunjuk menjadi Pemimpin maka dia harus mencurahkan semua perhatian dan tenaganya untuk orang yang dia pimpin. Dia bahkan harus mulai mengurangi orientasi subjektif-nya dan tanggung jawab atas yang dipimpin harus selalu dikedepankan.
Ketika seorang Pemimpin sudah dipilih maka dia sudah bukan lagi milik dirinya sendiri. Semua yang ada pada dirinya harus dicurahkan pada yang dia pimpin. Pikiran, tenaga, waktu harus dia curahkan untuk “gembala” nya, agar mereka bisa makan dirumput yang hijau dan banyak, sehingga semua bisa menjadi sehat.
Sama seperti Pengembala, maka seorang pemimpin bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada gembalaannya. Apakah gembala itu gemuk, sehat atau sakit tidak sejahtera, maka pemimpinlah yang bertanggung jawab sebagai layaknya Pengembala bertanggung jawab pada gembalaanya.
Bila gembalaanya memakan tanaman orang lain atau menerobos ke ladang orang, maka Pemimpin harus memikul tanggung jawab tersebut karena dialah yang bertanggung jawab mengawasi gembalaanya agar tidak merusak dan merugikan orang lain.
Pemimpin yang berhasil memimpin akan sama dengan Pengembala yang berhasil dengan gembalaannya. Bila gembalaan tersebut sehat dan gemuk maka pemimpin juga yang memetik hasil dari susu dan dagingnya. Bila gembalaanya tumbuh dan berkembang maka pengembala juga yang akan senang.
Sebaliknya, bila gembalaan itu kurus dan tidak sehat, maka Pengembala yang akan menanggung kerugian. Bila gembalaanya tidak berkembang maka Pengembala juga yang akan kehilangan memperbesar gembalaannya.
Itulah juga yang menjadi gambaran bahwa diantara tanggung jawab itu maka seorang pemimpin juga akan menerima segala resiko dari kepemimpinannya. Resiko seorang pemimpin adalah imbalan baik atau buruk atas konsekuensi logis dari keberaniannya menerima tanggung jawab sebagai seorang pemimpin.
Maka dari itu, marilah jadi pemimpin sebagaimana layaknya seorang Pengembala mengembalakan Gembalaanya dengan penuh tanggung jawab dan komitmen, dengan memusatkan segala daya upaya demi kesejahteraan yang dipimpin. Mengesampingkan segala kepentingan pribadi dan mengedepankan yang jadi tanggung jawab terhadap Gembalaannya.
Disadur dari:
Islam dan Kepemimpinan di Indonesia oleh Prof. Dr. Alaiddin Koto, MA