Kanal

Pro-Kontra

Populer

Kirim Tulisan

Kenapa Rakyat Tidak Taat Pada Hukum?

Saya sampai berkesimpulan, inilah budaya Jepang. Di Kota kecil atau di Kota besar tetap sama saja. Budaya peduli dan empati begitu nampak. Mereka sangat ringan tangan memberi bantuan kepada orang yang di dekat mereka. Secara iseng, saya sempat bertanya di dalam hati, “orang sebaik ini kok bisa menjajah bangsa dan negeri saya ya?”

Bermacam pertanyaan menggelayut di fikiran saya dalam perjalanan menuju Nihon University itu. Tanpa terasa kami pun sampai di tempat dan disambut oleh seorang petugas yang memang sudah menunggu kedatangan kami. Rupanya Nihon University terletak di tengah kota. Namun suasananya tetap sangat nyaman dan rapi.

Setelah berbincang sebentar dengan petugas, kami di bawa naik menuju lantai tiga. Di situ kami disambut oleh seorang profesor (saya lupa namanya) di Fakultas Ilmu Budaya. Sambutan di fakultas ini tetap sama saja ramah dan baiknya dengan apa yang kami terima di Kitasato University di Toyada dua hari yang lalu.

Karena waktu zuhur telah masuk, kami minta izin kepada tuan rumah untuk melaksanakan shalat. Dia segera memanggil staf dan minta agar disediakan tempat shalat buat kami. Sebelum shalat, mahasiswa meminta agar diizinkan menengok kami shalat. Kami pun mengizinkan. “Mumpung ada kesempatan berdakwah,” fikir saya dalam hati. Mereka senang sekali setelah kami beri izin itu.


Selesai shalat zuhur yang dijamak dengan ‘ashar, mahasiswa berkumpul di ruangan tempat kami shalat tadi. Diskusi berlangsung secara santai. Meraka bertanya kepada kami tentang berbagai hal: tentang Islam; tentang Indonesia; dan berbagai hal lainnya. Maklumm saja, mereka anak-anak muda yang serba ingin tahu. Kadang-kadang mereka juga
melontarkan bermacam kritikan tentang isu-isu yang berkembang tentang Islam, dan juga tentang Indonesia sendiri.

Halaman ini tidak cukup luas untuk menceritakan semua dialog kami dengan mahasiswa Jurusan Ilmu Budaya Universitas Nihon. Yang ingin saya sampaikan adalah, setelah mereka puas bertanya dan melontarkan keritikan-keritikannya, saya mulai bertanya tentang negeri Jepang, terutama tentang kebersihan dan ketertibannya.

Saya bertanya, “kenapa masyarakat Jepang begitu tertib ?” Mereka menjawab, “karena kami punya aturan.” Saya bertanya lagi, “kenapa kalian patuh kepada aturan?“ Mereka menjawab, “karena dibuat oleh pemerintah kami.” Saya terus bartanya, “jadi, kalian percaya dengan pemerintah kalian?” Mereka jawab,”ya.” Saya ajukan satu pertanyaan susulan. “kenapa kalian percaya dengan pemerintah kalian?“ Secara spontan mereka menjawa, “karena layak dipercaya.”

Jawaban terakhir yang dikemukakan oleh mahasiswa di atas itu membuat saya terdiam. Dalam hati saya berkata, “rupanya, pemimpinlah yang menjadi kunci utama ketenangan dan ketertiban suatu negeri. Pemimpinlah yang menentukan tegak atau tidak tegaknya hukum di negeri itu. Kepercayaan kepada pemimpin adalah kunci yang paling menentukan baik atau buruk suata negeri.”

Jawaban mahasisaw itu terasa bagi saya sebagai sindirian atau memang sengaja untuk menyindir kami. Jawaban itu juga akhirnya membuat saya berkesimpulan, “Baik tidaknya suatu negeri tergantung kepada seberapa percaya penduduk di negeri itu kepada pemimpinnya”.

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulisnya. Tak sependapat dengan tulisan ini? Silahkan tulis pendapat kamu di sini

Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulisnya. Redaksi Katarsis.id tidak memiliki tanggungjawab apapun atas hal-hal yang dapat ditimbulkan tulisan tersebut, namun setiap orang bisa membuat aduan ke redaksi@katarsis.id yang akan ditindaklanjuti sebaik mungkin.

Ingin Jadi Penulis, silahkan bergabung di sini.

Leave a reply

  • Facebook Comments
Prof Alaiddin Koto
Prof Alaiddin Koto
Guru Besar Hukum Islam dan Politik Islam UIN Susqa

Artikel Terkait