Kanal

Pro-Kontra

Populer

Kirim Tulisan

New Moral Pendidikan

Embrio pergerakan ini tidak serta merta muncul dari ruang hampa. Sejak beberapa tahun sebelumnya, pelajar dari berbagai rentang usia di Jawa Timur sudah mulai terbiasa untuk menyuarakan berbagai pendapatnya dan minta untuk ikut serta dilbatkan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pendidikan.

Saat polemik PPDB ini muncul ke permukaan, seorang pelajar SMP menghubungi Direct Message Instagram saya dengan pesan yang sungguh menyentuh hati. “Kak, melihat banyaknya laporan kecurangan yang disuarakan teman-teman di media sosial, saya merasa bangga menjadi murid sekolah pinggiran tapi jujur daripada jadi murid  sekolah favorit tapi curang”.

Ekspresi-ekspresi mereka ini menunjukkan bahwa mereka menghendaki pendidikan yang lebih transparan, bersih, egaliter, memerdekakan, dan berkeadilan. Mereka menyebutnya sebagai New Moral Pendidikan. Sebuah istilah yang tak hanya penting, tetapi menjadi penanda bahwa semua pihak, tak terkecuali pemerintah, harus sangat adaptif untuk mengakomodasi semangat jaman (zeit-geist) yang tak terbendung ini.

Bisa jadi, momentum pandemi yang membiasakan kita untuk membatasi aktivitas dari rumah, membuka ruang-ruang tak terbatas bagi anak-anak muda untuk melakukan proses dekonstruksi pendidikan lebih dalam. Dengan dibantu oleh perkembangan teknologi dan tentu saja waktu bersama keluarga yang lebih banyak, kita sama-sama menyadari bahwa belajar bisa darimana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja. Persis seperti apa yang diimpikan Ki Hajar Dewantara berpuluh tahun yang lalu.


Dengan adanya pandemi, kita menjadi sadar bahwa belajar tak harus identik dengan tembok sekolah tinggi, ruangan mewah, dan embel-embel “sekolah favorit” untuk memperoleh ilmu yang koheren dengan nilai-nilai penting kehidupan. Alih-alih, kita menemui kecenderungan untuk mengedepankan New Moral pendidikan yang sesuai dengan tuntutan dunia baru, yang digambarkan Yuval Noah Harari sebagai tatanan solidaritas global, yakni integritas, keadilan, dan kerjasama.

Kesadaran itu menjadi sangat bermakna, karena muncul secara organik dari kehendak kolektif anak-anak muda, para pelajar, yang kian hari kian sadar akan perannya sebagai subyek pendidikan yang merdeka dan mau bangkit untuk memperjuangkannya.

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulisnya. Tak sependapat dengan tulisan ini? Silahkan tulis pendapat kamu di sini

Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulisnya. Redaksi Katarsis.id tidak memiliki tanggungjawab apapun atas hal-hal yang dapat ditimbulkan tulisan tersebut, namun setiap orang bisa membuat aduan ke redaksi@katarsis.id yang akan ditindaklanjuti sebaik mungkin.

Ingin Jadi Penulis, silahkan bergabung di sini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Seno Bagaskoro
Seno Bagaskoro
Seorang pembelajar

Artikel Terkait