Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, menyinggungnya dalam baca puisi karya Denny JA “Indonesia Bukan Kami Punya”. Tokoh2 oposisi seperti Sri Bintang Pamungkas, Rachmawati Soekarnoputri, Hatta Taliwang dll. masuk penjara tahun lalu dituduh makar, akibat gerakan ini. Isu pribumi menjadi tuan di negeri sendiri menjadi wacana mainstream.
Jokowi sendiri akhirnya sudah melakulan hal yang sama, dengan meminta Jusuf Kalla, Aburizal, Tito Karnavian masuk dalam agenda ini. (Tito dalam catatan penulis menyampaikan terbuka dihadapan aktifis 2 di Jakarta).
Isu pribumi yang dihadirkan Anies, berbeda dengan lainnya, karena digandengkan dengan agenda keadilan sosial secara nyata. Berbagai program bertumpu pada “people centre economic” menjadi agenda utama Anies. Hal ini membuat Anies menjadi pemimpin yang ideal jika ingin dirujuk pada Bung Karno atau proklamator lainnya, satu kata dengan perbuatan: keadilan Sosial.
Indonesia ke depan
Soal siapakah pribumi itu, kita akan perdebatkan nanti. Sosiolog Smith dan Ben Anderson misalnya berbeda melihat fenomena ini. Namun, ruang lingkup kita saat ini adalah melihat Jawa vs Non Jawa sebagaimana yang dimau Prabowo. Dalam hal ini selayaknya kita mengubur dalam dalam konsep presiden harus orang jawa. Lihatlah fenomena dua Jawa memperebutkan Gubernur di tanah Batak/Melayu saat ini? Apakah kita kecewa? Apakah orang Batak/Melayu kecewa?
Tantangan terbesar bangsa ini adalah mengembalikan hak rakyat: keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Berbagai riset, seperti World Bank maupun Megawati Institute pada akhir 2017, memperlihatkan pada kita bahwa bangsa ini semakin jauh dari cita cita kemerdekaan. Tidak nampak gunanya kemerdekaan ini buat seratusan juta orang miskin.
Oleh karenanya sebuah perspektif yang harus dijadikan arus utama bangsa kita kedepan adalah Keadilan Sosial. Bukan soal Jawa vs. non Jawa.