Huru hara politik, bencana alam, wabah penyakit dan banyak lagi peristiwa yang memilukan seakan tidak pernah mau menjauh dari negeri pusaka ini. Raut ceria yang dulu menghiasi hampir semua wajah, kini redup diterpa kerisauan, kegalauan dan bahkan kecemasan. Bayangan masa depan yang indah di awal era reformasi, kini dihantui oleh bayangan yang tidak menentu penuh kekhawatiran.
Kini, sangatlah wajar bila muncul pertanyaan besar di setiap anak-anak bangsa, “Ada apa dengan negeri ini? Apa yang salah di negeri? Apa sesungguhnya yang menjadi masalah di negeri ini?”
Tidak mudah menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan serupa itu. Tapi, bila kita mau merujuk kepada peringatan yang diberikan oleh Yang Menguasai alam semesta, dan sudah barang tentu juga Indonesia, maka ditemukan jawaban bahwa ini adalah azab untuk orang atau bangsa yang tidak bersyukur.
Saat ini, untuk kesekian kalinya saya nukilkan dalam tulisan, apa yang pernah dikatakan oleh Prof. Deliar Noer kepada saya ketika asap pekat melanda bumi Riau 23 tahun yang lalu, “Ini bukan asap, tetapi azab. Kamu lihatlah nanti, akan datang azab-azab berikutnya kepada bangsa yang sudah durhaka kepada Tuhan ini”.
Beliau tidak mengutip ayat 7 surat Ibrahim, tapi saya ingat sekali akan ayat itu yang artinya, “Jika kamu bersyukur, aku akan tambah nikmatku, tapi jika kamu kufur, azabku sangatlah pedih”. Saya merasa apa yang kita rasakan hari ini adalah bagian dari azab Tuhan yang pedih itu, sebagai persekot azab-Nya yang lebih pedih lagi di akhirat kelak.
Lalu, kalau begitu, apakah kita sudah termasuk orang kufur yang layak menerima azab itu? Kalau ya, kekufuran apa yang telah kita lakukan, sehingga memang layak untuk diazab?
Ada baiknya kita rujuk hadis nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, “Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran” Sahabat bertanya, “Seperti apa bentuknya menyia-nyiakan amanah itu ya Rasulallah ?” Nabi menjawab, “bila urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran”.
Hadis itu berhubungan dengan ayat 58 surat al-Nisa’ yang menyuruh kita untuk menyerahkan amanah kepada orang yang ahli. Selanjutnya, Allah melarang mengkhianati amanah dalam surat al-Anfal ayat 27, “Hai orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan rasul-Nya, dan jangan juga kamu khianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu. Padahal kamu mengetahuinya“.
Lalu apa hubungannya dengan kekufuran yang membuat kita layak menerima azab seperti disebut di atas?
Jawabannya tentu bahwa pemberian Allah berupa kemerdekaan dan bumi persada yang diwarisi dari para pahlawan ini adalah nikmat Allah yang tidak bisa dikira besarnya. Semua itu adalah amanah dari Allah dan juga dari para pahlawan yang harus dirawat, dijaga dan dikembangkan untuk sebesar-besar kesejahhteraan rakyat yang sejatinya jadi “pemilik” sah dari negeri ini.