WARGASERUJI – Inspirasi ini didapat dari suksesnya kereta Maglev (Magnet Levitation) di negara maju. Idenya, ada jalan yang dibuat khusus untuk sepeda magnet, sehingga tenaga bisa disalurkan ke pengendara sepeda.
Walau tidak sampai melayang di udara seperti kereta Maglev, prinsipnya mirip. Sepeda magnet terdorong karena persamaan polarisasi magnet di belakang sepeda. Sedangkan di depan, polarisasi magnet dibuat berkebalikan sehingga terjadi tarik menarik. Namun, tidak menutup kemungkinan penemuan baru tentang perilaku magnet mengubah prinsip tersebut, misal dengan arah medannya.
Mengapa sepeda magnet yang dipilih? Bukan jalur sepeda biasa?
Pertama, jalur sepeda itu sendiri masih sangat kurang diperhatikan. Bahkan, tak ada perlindungan bagi pengendara sepeda terutama terhadap asap polusi kendaraan bermotor.
Kedua, sepeda saat ini bukan pilihan karena banyak yang ingin menghemat tenaga saat berangkat kerja atau sekolah. Jarak yang cukup jauh termasuk yang dijadikan pertimbangan.
Ketiga, setelah sepeda melalui jalur panjang jalan magnet, sewaktu-waktu bisa keluar ke jalan umum untuk sampai ketempat tujuan masing-masing, tanpa mengganggu pengendara lain.
Mengapa bukan mobil magnet?
Agar jalurnya tidak perlu besar. Tentu, membuat jalan magnet akan lebih memakan biaya. Di samping itu, akan merepotkan bila mobil harus keluar jalur jalan magnet bila tak ada mesin lain.
Kalau mobil biasa, tak perlu juga, karena sudah bermesin.
Bagaimana penerapan teknologinya?
Teknologi yang dipakai tentu harus melalui serangkaian penelitian. Namun, teknologi di masa sekarang sudah sangat tinggi untuk bisa mengatasi masalah teknis sepeda magnet ini.
Jalan magnet itu sendiri bisa tidak mengandung komponen bergerak sama sekali. Sepeda magnet pun hanya dipasang magnet statis. Tenaga dorong bisa melalui aliran listrik yang menciptakan medan magnet di titik-titik sepanjang jalan.
Sedangkan perubahan polaritas tiap titik bisa berubah menyesuaikan sepeda yang lewat. Caranya, menggunakan teknologi kendali yang maju.
Bagaimana efisiensinya?
Mungkin, tidak harus lepas pedal. Tetap saja butuh kayuhan kaki, namun tidak terlalu menguras tenaga. Kalau ditotal, tentu ada biaya namun tidak besar karena melibatkan kegiatan fisik pengendara.
Sepeda juga bukan kendaraan yang besar, sehingga tentu bobot tarikan tidak perlu besar juga. Tentu ada andil signifikan dalam efisiensinya.
Kapan Bisa Terealisasi?
Tergantung. Pihak yang berwenang (pemerintah) punya minat atau tidak? Pihak akademis punya idealisme tidak? Itu saja.