Sagar Mishra menjelaskan bagaimana cara kerja film 3D dalam sebuah artikelnya. Ia mencontohkan sebuah film yang mampu menipu otak sehingga seolah-olah orang yang menontonnya seperti melihat secara langsung.
Prinsip film 3D mengambil fenomena mata yang melihat sebuah obyek dengan cara berbeda antara mata kiri dengan mata kanan. Coba tutup mata kiri dan mata kanan secara bergantian, akan ada sedikit perbedaan dari sisi pandangannya.
Mata kiri sedikit lebih banyak melihat sisi kanan obyek, sedangkan mata kanan sebaliknya. Otak kemudian menggabungkan keduanya menjadi pandangan tiga dimensi. Ini dikenal sebagai penglihatan stereoskopis.
Untuk efek yang sama, dalam pembuatan film 3D memerlukan dua kamera yang berbeda yang berfungsi sebagai mata kanan dan mata kiri. Bisa pula, cukup dengan satu gambar, namun direplika dengan bantuan komputer.
Bagaimana cara dua gambar tersebut ditampilkan kembali agar dilihat masing-masing dengan mata kanan dan mata kiri?
Untuk film 3D model lama, gambar dibuat dengan dua spektrum warna. Penonton yang ingin mendapat efek 3D, harus menggunakan kacamata berfilter warna, biru dan merah. Filter merah hanya akan membiarkan cahaya merah masuk ke mata kiri, sedangkan filter biru untuk mata kanan.
Selanjutnya, otak akan menggabungkan dua gambar yang sedikit berbeda sebagai ilusi 3D. Namun, sayangnya film 3D model ini terbatas warnanya.
Untuk film 3D yang baru, tidak lagi menggunakan filter warna, melainkan dengan filter polarisasi cahaya. Gambar yang ditampilkan di layar berasal dari dua proyektor yang berbeda lensa polarisasinya.
Penonton bisa menyaksikan ilusi 3D menggunakan kaca mata lensa berpolarisasi. Sebelah kanan dengan polarisasi vertikal, dan sebelah kiri dengan polarisasi horizontal. Begitulah cara kerja film 3D model sekarang.
Bagaimana? Mau mencoba buat studio film 3D sendiri? Atau 4D sekalian?