Kajian Kalam beberapa saat yang lalu diisi oleh Profesor Dudung Abdurahman. Bahasannya tentang sejarah khilafah di dunia dan Nusantara. Menariknya, muncul statemen klasifikasi yang bisa disimpulkan saat sesi tanya jawab: khilafah ‘model for‘ dan ‘model of‘.
Dari definisi sendiri sudah muncul perbedaan yang berasal dari berbagai penafsiran. Jika model ideal sebuah khilafah (model for), maka hanya terjadi pada zaman Khulafaurasyidin. Setelah itu, pemerintahan Islam beradaptasi mengikuti keadaan dan menampilkan corak yang berbeda-beda (model of).
Walau pemerintah setelah Khulafaurasyidin tetap menggunakan sebutan khalifah, bentuk dan cara menjalankan pemerintahan sudah sedikit mengadopsi kerajaan Romawi. Begitu pula pergantian kepala pemerintahan, menjadi turun temurun seperti sebuah kerajaan.
Nusantara sendiri, sesudah lewatnya masa keemasan kerajaan Majapahit, muncul kerajaan-kerajaan baru yang menganut agama Islam. Menurut catatan yang disampaikan Prof Dudung Abdurahman, Â hingga 54 kerajaan. Corak pemerintahan masing-masing kerajaan mengikuti keadaan masyarakat setempat.
Kalau secara garis besar, ada dua corak kerajaan Islam di Indonesia berdasar studi dari literatur kuno. Pertama dari penelitian terhadap naskah-naskah Melayu terkait kerajaan-kerajaan di Sumatra dan Semenanjung Malaysia. Kedua dari naskah Babad Tanah Jawi terkait kerajaan-kerajaan di Jawa. Begitu penjelasan Prof Dudung.
Dua corak tersebut menjadi bukti, bahwa keadaan saat itu terkait waktu dan tempat sangat mempengaruhi model pemerintahan, sehingga memerlukan penafsiran baru terhadap khilafah ‘model for‘, berwujud khilafah ‘model of‘. Tidak ada keadaan yang sama persis dengan masa Khulafaurasyidin.
Jika kemudian ada segolongan orang memperjuangkan khilafah secara definisi ideal seperti HTI, maka tak akan pernah tercapai. Sebab, pasti terpaksa akan menurunkan tingkat idealisme agar bisa beradaptasi dengan keadaan yang sama sekali berbeda.
Untuk dunia di masa depan, sepertinya hanya akan muncul khilafah mirip Khulafaurasyidin bukan karena didesain manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dinubuwahkan Nabi yang akan menyusun rangkaiannya. Saat sejarah masa depan berada di ujung usia, yakni akhir zaman. Tunggu saja, kalau masih hidup.