KATARSIS.ID –Â Tantangan seorang anggota DPR dari fraksi PDI-Perjuangan asal Dapil VI Jawa Timur baru-baru ini sungguh mencengangkan saya. Sang anggota dewan ini mengancam akan membongkar borok Komnas HAM jika mulai menyentuh DPR terkait rencana legislasi tertentu.
Saya tidak tahu jual-beli yang telah terjadi antara DPR dan Komnas HAM, sehingga muncul narasi bongkar-bongkaran borok bau (B4) ini. Tapi ini bukan sikap arogansinya di depan publik yang pertama. Rekam jejak arogansi sang anggota Dewan ini betul-betul sangat mengesankan.
Kali ini pembelaannya terhadap DPR sungguh militan. Lagi-lagi rakyat diintimidasi bahwa tugas demokratik mereka selesai di bilik suara. Setelah itu, demokrasi ini adalah monopoli DPR. Masyarakat, bahkan lembaga negara semacam Komnas HAM pun diminta diam seribu bahasa. Padahal tugas-tugas demokratik rakyat justru dimulai setelah keluar dari bilik suara yang dijamin sepenuhnya oleh konstitusi.
Apakah DPR menjadi lembaga yang untouchable seperti gerombolan mafia Al Capone di Chicago di paruh pertama abad 20 silam? Jika ini keyakinan sang anggota dewan yang arogan ini, maka ini adalah bukti tambahan mutakhir kematian demokrasi di Republik ini.
Jika Noam Chomsky mengatakan bahwa Partai Republik AS adalah organisasi yang paling berbahaya di planet ini, maka pernyataan Chomsky ini memperoleh gaungnya di sini. Parpol tidak saja memiliki semua sumberdaya politik untuk menentukan haru biru kebijakan nasional, tapi juga sekaligus untouchable.
Dengan oligarki parpol saat ini, maka dugaan untouchability ini makin sulit dibantah. Kini rakyat harus memastikan survivability mereka sendiri di kuburan demokrasi yang ditimbun B4.
Rosyid College of Arts,
Gunung Anyar, 17/9/2020