Trump membawa era post-truth, pasca-kebenaran. Pada era itu orang ingin mendengarkan apa yang ingin ia dengarkan. Ketika dituduh berbohong Trump menampik dan menyebut pernyataannya yang tidak sesuai kenyataan itu sebagai “alternative fact“.
Karena itu Trump mengatakan bahwa Pilpres kali ini penuh kecurangan, banyak suara untuk Trump yang sengaja dihilangkan, bahwa Pilpres ini adalah konspirasi media, pemodal besar, dan teknologi besar untuk menjegal kemenangannya.
Media-media menganggap tuduhan itu sesat dan tidak berdasar. Trump bergeming tak peduli. Ia tidak sedang bicara fakta atau kebenaran, ia mengatakan apa yang ingin didengar oleh pendukungnya.
Trump menggambarkan diri sebagai pembela rakyat kecil kulit putih di pedesaan, meskipun ia konglomerat filthy rich yang layak masuk daftar American Crazy Rich. Ia mencitrakan diri sebagai manusia religius sebagaimana para pendukung Partai Republik. Kenyataannya Trump adalah Kristen abangan dan masuk ke gereja hanya untuk selfie.
Sebagaimana pendukung fanatik Partai Republik, Trump anti-LGBT, menentang aborsi, dan pendukung nilai-nilai keharmonisan keluarga. Praktiknya Trump tiga kali kawin cerai dan tak terhitung berapa kali terlibat kasus pelecehan terhadap perempuan.
Dalam menangani Covid 19 Trump seperti jagoan, tak pernah pakai masker dan tak peduli jaga jarak. Kampanyenya dihadiri puluhan ribu orang yang semuanya loss tidak pakai rewel, tanpa masker dan anti-jaga jarak.
Trump terjangkit Covid 19. Dua hari di rumah sakit ia memaksa keluar dan langsung berkampanye keliling negeri.
Bahwa Amerika menjadi negara tertinggi di dunia dalam jumlah kematian maupun kejangkitan, Trump tidak peduli. Ia berulang kali menegaskan Covid 19 pasti berlalu.
Joseph Robinette Biden Jr alias Joe Biden secara sadar mencitrakan dirinya sebagai antitesa Trump, 180 derajat berbalik dari karakter Trump. Biden santun, cerdas, andap asor, penuh tata krama.
Trump menyebut Biden pemimpin yang lemah, tidak berdaya menghadapi kerusuhan rasial, dan takut menghadapi China. Trump menyebut Biden sebagai Sleepy Joe, Joe Pengantuk.
Tapi pemilih sudah menjatuhkan vonisnya. Biden yang sudah 78 tahun akan menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat. Ia presiden tertua dalam sejarah. Ia pantas disebut sebagai Eyang Joe.
Eyang Joe sudah tiga kali mencalonkan diri menjadi presiden pada 1988, 2008, dan 2020, dan baru sekarang beruntung. Biden menjadi wapres di bawah Obama pada 2012-2016.
Dari 46 presiden Amerika, Obama satu-satunya yang kulit hitam. Selebihnya adalah WMASP (white, male, anglo saxon, protestant).